Selasa, 09 Juni 2020

Phnom Penh, Kekhawatiran yang Tidak Terbukti


Berekreasi ke negara bertumbuh seperti Kamboja pasti disertai rasa kuatir, khususnya tentang permasalahan keamanan. Ditambah lagi sesudah membaca beberapa penjelasan yang mengatakan di Phnom Penh seringkali berlangsung perampokan atau penipuan.

Walaupun kecemasan merasuk dalam pemikiran, traveler tidak hentikan jalannya untuk nikmati kekhasan yang berada di sana. Kecemasan harus dicermati serta adalah rintangan untuk dijawab, tidak untuk dijauhi. Kepercayaan berikut yang selanjutnya bawa kami datang di Phnom Penh, ibu kota Kamboja.

Pagi itu langit cukup mendung, hingga sengatan mentari tidak demikian berasa membakar. Kami mengawali perjalanan dari pinggir Sungai Mekong. Walaupun tidak bisa disebutkan bersih, saluran sungai terlihat tenang dengan beberapa perahu yang berlalu-lalang. Tiupan angin yang membelai lembut, meningkatkan enaknya keterpanaan memandang air.

Sesudah sesaat mata dimanja tarian sungai, kami melangkahkan kaki mengarah Royal Palace. Rupanya kami kurang mujur sebab hari itu Royal Place sedang ditutup untuk umum. Pada akhirnya kami cuma dapat nikmati keelokan arsitekturnya di luar pagar istana saja.

Perjalanan diteruskan ke independence monument, yang terdapat ditengah-tengah tanah lega. Memiliki bentuk mirip-mirip Candi Prambanan, tapi ukurannya semakin lebih kecil. Mode monumen semacam ini rupanya keunikan Kamboja.

Tidak jauh dari monumen kemerdekaan ini, terdapat Wat Langka, satu kuil Buddha. Jika jadi perhatian beberapa bangunan, arsitektur Kamboja ini seperti dengan arsitektur Thailand. Dapat jadi mereka sebetulnya satu budaya mengingat hubungan geografis ke-2 negara itu.

Dari sini kami meneruskan perjalanan ke central pasar. Ditengah-tengah jalan, kami kehabisan air minum, serta singgah dalam suatu toko. Berikut waktu pertama kami bersinggungan dengan warga Phnom Penh.

Bahasa menjadi masalah, tapi dalam bahasa badan pada akhirnya dua botol air mineral ada di tangan kami. Kami tidak menduga wanita 1/2 baya itu layani kami dengan ramah serta penuh senyum. Oleh sebab masalah bahasa , kami tidak bertanya harga air mineral itu, tapi langsung memberi 2 USD, serta siap memberikan lagi bila kurang. Maklum ini kan obyek wisata umumnya harga tambah mahal, ditambah lagi ia tentu tahu jika kami ialah wisatawan, yang seringkali jadi korban harga.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Rupanya prediksi kami meleset. Dengan senyum ramahnya ia kembalikan selembar dolar kami plus memberikan recehan uang kamboja. Disini awal kami mendapatkan kesan-kesan begitu ramah serta jujurnya orang Kamboja.

Baru seputar seratus mtr. mengambil langkah dari toko penjual air mineral, kami lihat ada yang jual manisan mangga di tepi jalan. Tergerak perasaan ingin ketahui, apa rasa-rasanya sama yang dipasarkan di Jakarta, kami juga membeli. Kami memberikan selembar uang 1 USD.

Insiden beli air mineral kembali lagi terulang lagi, ibu-ibu yang telah termasuk senior itu kembalikan uang kami dengan recehan mata uang Kamboja. Hati kami benar-benar bertanya-tanya, apa kesemua orang Kamboja terutamanya di Phnom Penh sejujur ini?

Sikap dua pedagang itu membuat kami percaya akan keramahan serta kejujuran orang Kamboja. Kesan-kesan itu terus kuat saat kami beli souvenir di Central Pasar. Tidak berada di sana harga yang dilonjak-lonjakan, serta tiap toko memberikan harga hampir sama.
Langkah mereka melayaninya juga benar-benar berteman. Beberapa penjaga toko berupaya memakai bahasa Indonesia untuk membujuk kami supaya beli barang dagangannya. Spesial untuk yang paling akhir ini, dimana saja memang demikian, serta di Moscow juga pedagang souvenir berupaya memakai bahasa Indonesia.

'Murah... murah...' adalah beberapa kata yang seringkali menggema di beberapa pasar souvenir di dunia ini. Saat sore datang, kami juga nikmati Phnom Penh Night Pasar yang jual bermacam masakan, terutamanya makanan laut. Rasa masakannya sedikit tidak sama dengan Jakarta. Di sinipun kami mendapatkan service yang baik serta harga yang berteman.

Perjalanan ini sudah memperlihatkan jika perasaan kuatir sebelum pergi benar-benar tidak dapat dibuktikan. Warga Kamboja memang sempat hadapi bentrokan politik yang berdarah-darah, tapi bencana itu tidak mengubah ciri-ciri asli penduduknya.

Rupanya di Kamboja cuma ada seorang saja Pol Pot, yang memiliki kemampuan serta kekuasaan untuk menggerakan sebagian orang Kamboja untuk menghianati rasa kemanusiaannya, serta melepas jiwanya dari nilai serta etika kultural bangsanya. Manusia Kamboja yang asli bukan Pol Pot, tetapi pedagang air mineral, pedagang rujak, penjual souvenir, serta penjual makanan.

Berikut faedah dari traveling. Kita dapat hilangkan keraguan, serta meluruskan pertimbangan yang keliru pada sekumpulan orang serta satu bangsa.

Satu perjalanan tetap memberi pelajaran mengenai kearifan manusia dengan stylenya semasing. Manusia biasanya memiliki hati yang mulia dimana juga ada. Tapi, sering manusia yang tidak berhati nurani yang memiliki kemampuan serta kekuasaan, hingga terjadi penghianatan pada kemanusiaan.