Rabu, 10 Juni 2020

Kastel Inuyama, Nostalgia di Tepi Sungai Rhine-nya Jepang



Kemungkinan Anda (sempat) takjub waktu lihat langsung, atau saat lihat photo keelokan bangunan kuil di Jepang yang berwarna oranye menyala.

Tetapi sebetulnya keelokan itu bukan asli dari Jepang. Arsitektur serta corak bangunan kuil, aslinya datang dari Tiongkok.

Bila betul-betul ingin melihat keelokan bangunan asli Jepang, karena itu Sebaiknya anda berkunjung ke serta lihat kastel (atau o-shiro dalam Bahasa Jepang).

Saya senang ke kastel dalam tiap penelusuran ke semua pelosok Jepang. Kesempatan ini, saya ingin menceritakan mengenai diantaranya yang sempat saya datangi, yakni Kastel Inuyama (Inuyama-jou).

Tempat kastel ini ada di Prefektur Aichi, persisnya di kota Inuyama, yang memiliki jarak seputar 25 Km di samping Utara kota Nagoya.

Sebelum saya mengulas Kastel Inuyama semakin jauh, sebatas info, pada umumnya kastel bisa diklasifikasikan jadi 3 tipe berdasar tempat bangunan.

Pertama, tipe yama-shiro, yakni kastel yang berada di atas gunung. Tipe ini banyak dibuat saat kastel cuma memiliki peranan untuk benteng pertahanan pada masa nanboku (seputar tahun 1300).

Selanjutnya yang ke-2 ialah tipe kastel hira-jiro, dengan tempat bangunan di tanah yang ketinggiannya sama juga dengan seputar. Contoh dari tipe ini ialah Kastel Nagoya (nagoya-jou), yang ada di prefektur yang sama juga dengan Kastel Inuyama.

Paling akhir ialah kastel tipe hirayama-shiro. Inuyama adalah kastel tipe ini, dimana tempat bangunan terdapat di bukit, dengan ketinggiannya semakin rendah dari gunung.

Dua tipe kastel paling akhir peranan intinya untuk jalankan pemerintahan, kecuali memiliki peranan sebagai benteng pertahanan.

Oda Nobuyasu (paman dari daimyo populer Oda Nobunaga) membuat Kastel Inuyama seputar tahun 1537. Tempatnya ada di pinggir Sungai Kiso (kiso-gawa).

Kemungkinan Anda menanyakan, kok Sungai Kiso? Lalu mengapa pada judul dicatat Sungai Rhine?

Ialah seorang tenaga pakar tehnik sipil dari Belanda namanya Johannis de Rijke, yang disewa pemerintah Jepang pada masa Meiji. Dalam lakukan pekerjaannya ia seringkali bolak balik telusuri Sungai Kiso.

Selanjutnya Rijke berasa sungai ini banyak keserupaannya dengan Sungai Rhine. Hingga ia mulai menyebutkan, serta adalah orang yang pertama-tama mempopulerkan panggilan Sungai Rhine-nya Jepang untuk Sungai Kiso.

Banyak aktor riwayat yang telah berkunjung ke serta kuasai Kastel Inuyama pada jaman sengoku atau masa gejolak. Salah satunya ialah Toyotomi Hideyoshi, Ikeda Tsuneoki, serta Ogasawara Yoshitsugu.
Kastel Inuyama memiliki dua posisi yang tidak dipunyai oleh kastel lain. Pertama kastel ini diputuskan untuk peninggalan bernilai (national treasure) Jepang.

Yang ke-2, bangunan penting kastel yang namanya tenshukaku adalah bangunan asli yang paling tua dari semua kastel yang berada di Jepang sampai saat ini. Untuk catatan, bentuk bangunan dari tenshukaku di kastel lain umumnya ialah hasil perbaikan, hingga bukan bangunan asli.

Susunan dari kastel ialah 4 tingkat, dimana 2 tingkat bawah dipakai sebagai gudang penyimpanan beberapa alat peperangan. Sedang bangunan yang teratas ialah anjungan yang disebutkan bourou.

Ruang kastel biasanya dipisah jadi bagian-bagian yang dalam Bahasa Jepang disebutkan kuruwa. Kastel Inuyama memiliki 7 kuruwa, salah satunya Sugi-no-maru, Kiri-no-maru, Matsu-no-maru serta Hon-maru, yang disebut ruang penting dimana bangunan kastel dibangun.

Untuk benteng pertahanan, karena itu tempat Kastel Inuyama benar-benar taktiks sebab sisi Utara adalah tebing yang terjal ke arah sungai.

Untuk menguatkannya, Kastel Inuyama mempunyai 13 yagura, yakni menara pertahanan yang kecuali dipakai untuk tempat simpan perlengkapan perang, juga bisa dipakai untuk tempat tembakkan panah atau senjata.

Ditambah, jalan masuk dalam kastel dibikin seperti labirin, yang mempunyai banyak pintu dengan lebar beragam. Ada 22 pintu di ruang kastel, serta ini pasti bisa membuat lawan yang ingin masuk ke kastel jadi bingung.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Nah, dengan topografi serta susunan kastel semacam itu, dapat Anda pikirkan begitu susahnya lawan untuk menggempur serta masuk ke kastel kan?

Saat berkunjung ke Kastel Inuyama, saya tekankan Anda dapat merasai bagaimana perasaan orang jaman itu, termasuk juga merasai situasi kota yang terletak dekat sama kastel. Kota semacam ini dalam Bahasa Jepang biasa disebutkan jouka-machi.

Situasi jouka-machi bisa saya alami saat keluar dari Stasiun Inuyama, serta waktu berjalan telusuri bangunan-bangunan diperjalanan ke arah Kastel Inuyama.
Ditambah lagi saat sampai pada jalur paling akhir di jalan yang lurus memanjang seputar 1 km ke arah Kastel Inuyama, rumah teratur rapi berjejeran dengan exterior yang hampir serupa.

Saya memikirkan jika beberapa rumah itu dulunya ialah losmen, tempat penukaran uang, tempat minum teh, serta beberapa jenis usaha lain yang lazimnya dilaksanakan oleh orang pada jaman itu.

Kemungkinan sebab perut lapar, sekalian berjalan serta memperhatikan satu demi satu rumah yang berjejer, saya memikirkan jika rumah yang ada pas di muka saya itu dulu ialah restoran, karena itu saya tentu dapat mencium berbau yaki-onigiri (nasi yang dikepal) atau yakitori.

Walau sekarang ini ada banyak bangunan yang berperan untuk restoran, sayangnya mereka tidak jual makanan itu.

Tapi kebalikannya, ada pula rumah yang digunakan untuk warung yang jual es cream.

Kemungkinan Anda ketahui jika es cream baru tampil di Jepang di tahun 1869, yang jika dihitung seputar 330 tahun sesudah Kastel Inuyama berdiri. Jadi mustahil dulu di jouka-machi ini ada warung yang jual es cream.

Saya selanjutnya tidak perlu memikir lama untuk beli es cream serta mengkonsumsinya sekalian berjalan. Soalnya kapan lagi saya bisa lakukan suatu hal yang tidak dapat dilaksanakan oleh orang yang hidup pada jaman keemasan Kastel Inuyama, yakni berjalan di jouka-machi sekalian makan es cream!

Lihat serta memperhatikan bentuk bangunan lama, tetapi sekarang ini memiliki peranan yang lain dari jamannya (contohnya warung penjual es cream barusan) adalah satu kesenangan tertentu yang mustahil Anda peroleh di beberapa kota besar.

Kemungkinan ini yang mengakibatkan saya semakin senang jalanan di pelosok, dibanding berkeliling-keliling di kota besar.

Saat berkeliling-keliling jouka-machi, Anda bisa lihat penampakan Kastel Inuyama yang bercat putih dari terlalu jauh. Maka dari itu, kastel ini memiliki nama lain yakni hakutei-jou, atau Kastel Putih. Walau, kastel-kastel lain di Jepang umumnya berwarna putih.

Sebetulnya, bangunan Kastel Inuyama tidak sebesar kastel-kastel lain seperti Kastel Osaka serta Kastel Nagoya.

Tetapi, bangunan penting tenshukaku yang masih tetap berupa asli dari jaman dibuat serta adalah yang paling tua, adalah nilai plus Kastel Inuyama yang tidak dipunyai oleh kastel lain mana saja di Jepang.

Hingga tiba serta melihat Kastel Inuyama dari dekat adalah pengalaman yang bernilai buat saya.
Saat masuk serta berkeliling-keliling di kastel, kita dapat merasai nuansa tertentu. Ditambah lagi tidak sangat banyak orang yang tiba waktu saya ada disana.

Angin yang berembus serta masuk dari jendela kastel, seolah ingin membisikkan narasi mengenai keelokan kastel, atau perjuangannya saat lawan tiba menggempur serta coba mengambil kastel dari pemiliknya.

Anda serta dapat dengarkan bunyi derit lantai, atau tangga untuk naik ke tingkat yang semakin atas dari bangunan yang dibuat dari kayu.

Ini adalah pengalaman yang langka. Khususnya buat kita yang hidup di jaman serba kekinian, serta sekarang ini hidup dalam "kurungan" beton serta dikelilingi oleh "rimba" beton.

Colosseum Tidak Hanya Ada di Roma



Signore Umberto adalah pemilik apartemen tempat kami bermalam di Roma. Ia memiliki beberapa kamar pada satu lantai serta menyewakannya pada pelancong. Memiliki satu lantai apartemen ditengah-tengah kota Roma pasti ia bukan orang biasa, tapi ia mengurus bisnisnya sendiri.

Dalam layani kami, ia berlaku tidak ubahnya pegawai hotel, serta salah satunya yang terhangat serta teramah. Ia menerangkan aturan-aturan di hotel, peranan perlengkapan di kamar, sarana apartemen yang bisa kami gunakan, serta mengenai tujuan wisata di Roma. Bicara serta sikapnya yang mencerminkan penghargaan serta penghormatan benar-benar terkesan di hati kami. Ditambah lagi sesudah ia menjelaskan, jika ada apa-apa, dimanapun serta kapanpun, silakan hubungi ia. Mendadak kami berasa memiliki saudara di Roma.

Pagi hari ini udara cerah, tapi masih diperlukan sweater untuk mencegah rasa dingin. Kami langkahkan kaki perlahan-lahan ke arah Colloseum sekalian nikmati udara fresh Roma.

Sesudah menjejaki jalan kecil, seperti instruksi yang dikasih pak Umberto tadi malam, kami berjumpa jalan besar, yang dari sana cuma memerlukan waktu beberapa waktu saja untuk sampai di Colloseum. Situasi tidak ramai demikian ramai di minggu pagi itu. Tidak lama mengambil langkah, bangunan yang kami incar sudah terlihat. Benar kata pak Umberto, cuma perlu waktu kurang dari 15 menit saja kami sudah datang di Colloseum.

Bangunan monumental ini terlihat sudah ringkih termakan umur, tapi 'hawa' keangkerannya masih berasa. Bagaimana tidak, entahlah berapakah ribu manusia serta binatang meregang nyawa dalam tempat ini. Dari sudut pandang manusia kekinian, mengadu manusia dengan manusia, manusia dengan hewan, serta hewan dengan hewan, adalah sikap yang tidak beradab. Namun, apa demikian sudut pandang manusia yang hidup dalam budaya Romawi di saat itu?

Colloseum ini direncanakan untuk memuat 50 ribu orang pemirsa, bermakna banyak warga yang turut melihat atraksi yang dipandang warga modern tidak berprikemanusiaan itu. Jangan-jangan di waktu itu, pertempuran gladiator adalah atraksi yang umum. Sama seperti dengan suku Maya yang mempertaruhkan manusia untuk Dewa mereka. Buat warga kekinian tentu dipandang tindakan yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, tapi buat mereka satu keharusan yang perlu dikerjakan.

Etika budaya rupanya tidak sama antar waktu sekalinya pada suatu daerah. Ini memperlihatkan jika budaya berbentuk dinamis, yang alami perkembangan dari sekian waktu sebab tiap generasi memasukkan nilai-nilai baru pada suatu budaya. Budaya tidak kaku, tapi menyesuaikan dengan perolehan manusia. Aksi manusia memang dikuasai budaya, tapi budaya juga dikuasai oleh manusia. Beberapa orang Italia saat ini pasti tidak membetulkan sikap nenek moyangnya yang membuat pertempuran sampai mati itu.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Lihat manusia kekinian yang tidak bisa terima pembunuhan untuk sisi dari budaya, memperlihatkan jika dengan cara perlahan, dari satu generasi ke generasi selanjutnya, manusia makin ke arah pada hati nuraninya. Dalam diri tiap manusia tersimpan sinar kasih sayang, simpati serta empati. Nurani manusia penuh dorongan untuk membantu, serta keinginan meraih kedamaian.

Sekalinya demikian, cukup banyak manusia yang tutup serta merusak hati nuraninya sendiri. Bangga menyakiti seseorang serta menebarkan kedengkian dimana saja. Mereka sebenarnya sudah jual hati nurani mereka pada harga yang murah. Semakin mengerikan lagi, riwayat menulis jika di dunia sempat ada manusia-manusia yang dapat menghajar manusia dengan jumlah yang tidak terhitung jumlahnya. Jika sebatas mendapatkan kekuasaan, mengapa harus mempertaruhkan beberapa ribu serta juta-an nyawa manusia?

Kemungkinan ada yang lain di otak mereka, hingga ia hidup dengan 'budaya' pribadinya. Mahluk semacam itu sampai ini hari masih ada. Karena itu persaingan perebutan kekuasaan berdarah serta perang terus berjalan.

Colloseum dilihat warga modern untuk tempat pembantaian manusia. Maka dari itu, Colloseum tidak bisa diterima oleh budaya warga modern. Faktanya, warga modern melihat pembantaian manusia di beberapa seluruh dunia. Ini berarti, warga modern tidak bisa terima Colloseum di Roma, tapi membuat banyak 'Colloseum' di beberapa tempat di dunia ini. Jadi, apa budaya kita memang tidak sama dengan budaya Romawi kuno? Atau hati nurani akan kalah dari kekerasan?

Mendadak muka pak Umberto lewat di kepala. Ingat waktu ia siap membikinkan coklat hangat waktu kami mengobrol. Jika ia hidup di zaman Romawi Kuno, apa akan berperilaku semacam ini ? Hati nurani manusia sudah ada semenjak penciptaan manusia, tapi budaya adalah sisi penting yang mengatur hati nurani.

Kemungkinan itu sisi dari perjalanan evolusi manusia. Bentuk tubuh bisa saja telah jauh tidak sama dari simpanse, tetapi otak serta nurani jangan-jangan semakin lamban evolusinya. Jangan-jangan, otak serta nurani beberapa dari kita tidak alami evolusi hingga tidak berasa bersalah menghajar manusia lain.

Selasa, 09 Juni 2020

Mencari Makna di Lauterbrunnen, Grindelwald, dan Brienz



Swiss merupakan negara "mahal" untuk berekreasi. Harga hotel, transportasi, makanan, sampai souvenir, harga hampir 2x beberapa negara Eropa yang lain. Sekalinya demikian, di Swiss kita tak perlu keluarkan banyak ongkos tambahan untuk masuk tempat wisata atau pertunjukan.

Biasanya pelancong yang bertandang ke Swiss tidak untuk arah menelusuri waktu dulu pada musim atau meningkatkan adrenalin di taman selingan, tapi nikmati pertunjukan yang disuguhi oleh alam. Semua tentu saja gratis, hingga cukup bayar ongkos transportasi saja. Karena itu Swiss Pass jadi penting, sebab membuat kita bebas bertandang ke mana saja di negeri ini dengan ongkos yang relatif irit, termasuk juga potongan 50% ongkos gondola ke Mt. Titlis.

Pagi itu pada musim semi mendekati musim dingin. Siang benar-benar sesaat ada. Sampai jam 8 pagi matahari belum menyemburatkan senyumnya, sedang jam 4 sore telah ke arah peraduannya.

Angin dingin berasa tembus jaket tebal waktu berjalan ke arah stasiun trem. Daun-daun yang basah terkena rinai tadi malam, membuat badan makin terselimuti kedinginan.

Tidak lama menanti, trem bawa kami ke Bern Bahnhof. Walaupun udara benar-benar dingin, rupanya kesibukan di stasiun berjalan normal. Orang yang berlalu-lalang benar-benar ramai, serta beberapa petugas juga terlihat sudah mengawali harinya. Memang manusia tidak dapat menantang alam, seperti rasa dingin yang benar-benar ini, tapi manusia dapat menyesuaikan serta hidup bersama-sama semua yang disiapkan alam.

Sesudah nikmati perjalanan seputar 45 menit memakai kereta, kami juga datang di stasiun Interlaken. Memang tidak terlalu berlebih jika disebutkan jika semua tempat di Swiss ialah tujuan wisata.

Barusan keluar dari stasiun, kita akan menjumpai pemandangan yang benar-benar indah. Bangunan dengan background gunung yang mencirikan Swiss telah lebih dari pada cukup untuk bikin kita terkesima, serta menggerakkan kita untuk berpose dengannya.

Dari Interlaken, kami memakai bus ke arah Lauterbrunnen. Beberapa kata tidak akan cukup untuk menggambarkan keelokan yang didapati diperjalanan dari Interlaken ke Lauterbrunnen.

Gestur beberapa kata tidak dapat mencerminkan dengan cara utuh, keelokan jalan yang berkelok disamping tebing yang puncaknya seolah memandangi kita, serta pohon-pohon di kanan serta kiri, yang seolah menyongsong kita penuh keramahan.

Di Lauterbrunnen kita cuma memerlukan satu gelas coklat hangat, lalu cari tempat duduk yang nyaman. Tujukan pandangan pada tebing yang puncaknya disentuh lembut oleh awan. Sebegitu anggun ia berdiri, tapi tidak ada kesan-kesan kesombongan. Ia demikian berteman, serta tampilkan semua yang dipunyainya untuk bikin kita suka.

Sangat banyak narasi yang disalurkannya dalam diri tiap kita, hingga tiap kita tangkap arti yang lain. Lumayan lama kami berdua terlibat perbincangan dalam tempat tinggal yang dalam. Sayang, udara dingin mustahil digoda lagi. Kami harus berpisah dengan rasa yang terus terikut sampai sekarang.

Perlahan-lahan kereta bergerak bawa kami ke Grindelwald. Rasa dingin tidak lagi memimpin badan, karena kehangatan sudah mendekap kami.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Perjalanan ke kota kecil dibagian pegunungan Alpen ini penuh dengan kerupawanan alam. Kembali lagi berasa jika beberapa kata ini tidak cukup untuk menggambarkan sungai-sungai jernih yang mengalir dibalik ranting-ranting pohon, beberapa rumah masyarakat yang berdiri di bentangan hijau di kaki gunung, dan liukan jalan mobil yang berkejar-kejaran dengan rel kereta.

Buat beberapa pelancong, sesampai di Grindelwald akan ke arah Grindelwald First untuk nikmati landscape alam dari ketinggian. Tapi, nikmati keasrian dari dekat stasiun, ditemani satu cangkir kopi hangat, sudah lebih dari pada cukup.

Entahlah telah berapakah puisi yang sudah terbentuk oleh gunung biru yang bergurat putihnya salju ini, serta entahlah sudah berapakah juga narasi yang tercatat oleh liukan sungai antara bentangan hijau yang luas.

Senda canda dengan alam harus usai kembali lagi, sebab masih ada tempat yang perlu kami datangi, yakni Brienz. Panorama di Brienz sedikit tidak sama dibandingkan Lauterbrunnen atau Grindelwald.

Disana kami bukan hanya diberikan pertunjukan oleh gunung yang puncaknya tertutupi salju, dan juga pertunjukan danau yang menari indah di kakinya. Danau terlihat demikian tenang, seolah memperlihatkan kematangan pengalamannya hadapi semua insiden di bumi.

Dengan warna biru kehijauan, ia menyebarkan rasa damai serta damai dalam jiwa, yang dengan demikian ramah memeluk unggas yang main-main serta berenang di badannya. Di sini juga kita perlu satu gelas teh hangat, lalu duduk di bangku yang ada di pinggir danau sekalian melihat alam persembahkan atraksinya pada kita.

Begitu ramahnya alam pada kita. Waktu kita menatapnya, ia langsung pancarkan senyum yang penuh arti. Tanpa ada perlu diharap, ia akan menyediakan kecantikan, kelembutan, serta cintanya, yang tertransfer ke kita untuk arti yang bisa menguatkan jiwa. Alam belum pernah memilih-milih siapa yang perlu dilayaninya. Buat alam, semua manusia memiliki posisi serta posisi yang sama.
Begitu bersahabatnya alam dengan kita. Waktu kita menegur, ia akan langsung merangkulmu. Bercerita dianya dengan jujur tanpa ada rahasia. Sarannya akan menyembuhkan cedera, petuahnya akan isi kehampaan, pengalamannya akan membuat bertambah pengetahuan, serta kebijaksanaannya akan memberikan pencerahan.

Kemungkinan banyak antara kita yang cuma pahami satu perjalanan, dengan beberapa penamaan seperti wisata, lawatan, atau traveling, untuk satu pekerjaan untuk melihat-lihat alam, landmark, serta tempat bersejarah, atau langkah bersenang-senang penuh tawa gurau sekalian berfoto-foto.

Serta perjalanan dibuat fasilitas sebatas tingkatkan posisi, dengan menghambur-hamburkan uang. Mengakibatkan beberapa orang yang melihat miring pekerjaan wisata. Walau sebenarnya, dengan cara sadar serta tidak sadar, ke mana saja kaki pelancong mengambil langkah, sebenarnya mereka sedang belajar.

Pengalaman ialah guru paling baik, serta berekreasi ialah pengalaman. Permasalahannya, berapa banyak kita dapat menghisap pelajaran yang didapatkan waktu berekreasi, dan menerapkan dalam kehidupan setiap hari?

Semakin jauh, wisata sebenarnya ialah penelusuran arti serta nilai-nilai. Saat kita bertandang ke Colleseum di Roma, sebenarnya kita bukan sebatas nikmati bangunan kuno peninggalan kerajaan romawi, tetapi bangunan tempat dimana manusia diperlakukan seperti binatang oleh manusia yang berkuasa.

Saat memandang Tembok Berlin, kita tidak sebatas memandang robohan tembok yang sempat batasi Jerman Barat serta Jerman Timur, tetapi persaudaraan manusia tidak bisa dibatasi oleh kekejaman.

Begitupun Lauterbrunnen, Grindelwald serta Brienz, bukan sebatas panorama indah, tetapi begitu alam belum pernah pamrih layani manusia.

Oleh karenanya, supaya alam terus layani kita, diperlukan kebijaksanaan manusia untuk melestarikannya. Keramahan manusia pada alam akan kembali ke manusia sendiri dengan nilai yang tidak bisa dihitung dengan uang

Koper dan Sejuta Kisah di Baliknya



Buat beberapa 'frequent traveler', koper seperti teman dekat perjalanan yang setia. Tempat kita simpan secara baik semua peralatan perjalanan serta ruangan untuk isi beberapa barang belanjaan serta oleh-oleh sepenuh-penuhnya. Berat si koper juga tidak sama mencolok, di waktu baru pergi serta di saat pulang ke tanah air.

Beberapa koper yang mujur justru sudah kumpulkan 'mileage' yang panjang untuk bukti perjalanannya. Bukti itu dapat berbentuk potongan stiker barcode di koper, sisa merek hotel, stiker nama kota, serta beberapa puluh guratan hidup di tubuh koper saat melalui satu conveyor belt ke conveyor belt yang lain, dari satu airlines ke airlines selanjutnya.

Sayang sekali tidak semua perjalanan berjalan mulus serta berbuntut sukses. Terkadang sang koper dapat lenyap dari capaian, tersisip antara beberapa ribu koper yang lain di lapangan terbang transit serta sang koper juga ketinggalan.

Demikianlah romantika pengalaman dengan koper. Dari mulai sebelum pergi dengan kepentingan packing. Lalu waktu cek in dengan beberapa ketentuan yang diputuskan airlines, mana yang harus disimpan di bagasi (checked baggage) serta mana yang perlu di taruh dalam tas kabin (hand carry bag). Setelah itu, sesudah datang di lapangan terbang arah, menanti koper kita tampil di ujung conveyor belt.

Dari semua jalur proses di atas, yang tidak dapat kita ikutin dengan cara langsung, seakan mengharap nasib berpihak kita, ialah perjalanan koper kita tersebut. Apa koper itu untuk 'checked baggage' yang diberikan ke faksi airlines di waktu cek in, akan setia dalam penerbangan yang sama juga dengan kita sampai lapangan terbang arah, termasuk juga sesudah transit, atau mungkin tidak.

Siap-siap cek in dgn bagasi. Sumber: dok.pribadi Atmosfer di ruangan menanti bagasi, tetap ada kemelut yang sunyi. Saat satu per satu koper keluar, mata kita tajam melihat tiap koper yang lewat. Terkadang melelahkan... Ditambah lagi saat koper yang tampil di mulut conveyor belt makin jarang-jarang, satu... satu.. serta celakanya koper kita belum ada. Sejuta pemikiran negatif juga lewat.

Itu keadaan yang seringkali kita alami saat melancong. Mudah-mudahan saja koper kita tetap ada, walau itu koper paling paling akhir. Bila tidak ada, karena itu ada mekanisme laporan yang perlu dilaksanakan, baik pada perwakilan airlines yang berkaitan atau langsung ke sisi 'Lost and Found'. Serta semua mekanisme yang perlu dilalui sering cukup mengambil alih waktu.

Untuk seorang frequent traveler yang sudah lumayan lama melancong ke mana-mana, bagus untuk satu penempatan kantor, atau saat melancong sendiri, pengalaman dengan koper tetap memberi warna banyak perjalanan. Koper ketinggalan di lapangan terbang transit, selanjutnya dijanjikan faksi airlines akan dikirim ke hotel; koper ketinggalan serta belum terlacak ada dimana.

Insiden lainnya lagi, koper salah dikirim ke kamar lainnya atau benar-benar tidak diantar oleh porter hotel. Sesudah dicari, koper tersebut masih diketemukan di ruangan 'storage' hotel. Ternyata tidak ada satupun sinyal pengenal di koper.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Koper yang terganti juga sempat, saat dua rombongan tur cek out hampir bertepatan dari satu hotel serta koper-koper disatukan di lobby. Peserta tur yang tidak cermat, ditambah lagi kopernya umum tanpa ada keunikan apa saja, salah ambil koper seseorang dari rombongan tidak sama, sekejap sebelum naik ke bis. Masalahnya koper itu sepintas demikian seperti.

Check bagasi dgn cermat. Sumber: dok.pribadi Cerita koper tidak stop disana. Ada pula yang baru datang di lapangan terbang pertama, rodanya telah bobol. Ada pula yang kunci gabungan rusak, hingga harus dibuka paksa (dicongkel), dan sebagainya. Belum juga beberapa masalah, saat ada koper yang kelihatannya menyengaja dirusak di satu lapangan terbang ketibaan. Nama bandaranya seringkali diulas dimana saja. :) Sukurlah, saat ini telah jarang-jarang terdengar ada masalah baru.

Pada banyak insiden, bilamana kita tidak mendapatkan koper kita setiba di lapangan terbang arah, karena itu umumnya koper itu tidak selamanya hilang. Salah satunya peluang yang seringkali berlangsung ialah koper itu tidak terburu dipindah di saat transit atau terkena off-loaded sebab satu fakta spesifik. Ini dapat berlangsung saat penerbangan kita lewat satu lapangan terbang transit.

Untuk pastikan atau minimal menolong sang koper supaya tidak gampang rusak, mudah dikenal, punyai beberapa ciri spesial, dan sebagainya, karena itu di bawah ini ada banyak Panduan saat beli koper, lakukan perjalanan serta waktu koper kita hilang.

1) Bila akan beli koper, kecuali merek yang bagus, tekankan koper itu mempunyai kualitas roda yang kuat. Di beberapa lapangan terbang, stasiun, hotel, dan-lain-lain, seringkali kita harus menarik koper cukup jauh. Jarak stasiun ke hotel yang tanggung membuat kita condong pilih jalan kaki sekalian menarik koper. Atau saat ke beberapa kota tanpa ada kendaraan, seperti Venezia, Zermatt, dan lain-lain.

2) Pilih ukuran koper sesuai rutinitas kita melancong. Bila seringkali lakukan perjalanan sendiri serta banyak memakai angkutan umum, karena itu belilah koper dengan ukuran sedang. Kabin di kereta malam biasanya benar-benar kecil, begitupun tinggal di kamar-kamar hotel yang sempit seperti di Jepang. Serta pikirkan menarik koper besar masuk ke subway yang berjubel penumpang.

3) Pilih warna yang menonjol (eye catching) supaya gampang diketahui serta susah terganti. Sejauh ini, beberapa traveler condong pilih warna classic seperti hitam. Tetapi traveler jaman saat ini berani tampil colorful - bukan hanya baju, dan juga kopernya.

4) Beri nama kopermu dengan 'baggage tag' yang kuat serta tulis Nama yang pasti serta nomor smartphone yang dapat dikontak. Jangan bergantung pada baggage tag dari airlines saja.

Ini akan menolong percepat proses pencarian koper bila pernah tersesat. Atau bila ketinggalan di lapangan terbang, stasiun, hotel, karena itu ada nomor yang dapat dikontak oleh petugas yang mendapatkannya. Beberapa wisatawan memberikan tambahan syal atau pita yang diikat di kopernya untuk pemberi tanda penambahan.

5) Lekatkan saja stiker dari beberapa kota atau stiker pemberi tanda yang lain, hingga kopermu tidak sama serta gampang nampak dari jauh. Walau untuk poin ini, ada traveler yang tidak senang kopernya bertanda, hingga sepulangnya, kopernya bersih dari atribut apa saja.
6) Bila pada akhirnya, satu waktu kopermu tertinggal oleh pesawat, karena itu jangan cemas, adukan langsung ke sisi 'Lost & Found' yang umumnya ada di ruang yang sama di Arrival Hall. Laporan ke Lost and Found ini harus dilaksanakan waktu itu saat masih di lapangan terbang kehadiran.

7) Info yang diperlukan untuk laporan itu diantaranya, data pribadi sesuai dengan paspor, boarding pass, nomor baggage claim tag serta alamat (hotel/rumah) dan nomor telepon untuk dikontak jika koper diketemukan serta dikirim.

8) Kecuali info inti barusan, terangkan beberapa ciri koper, seperti brand, warna, tipe atau ukuran koper serta beberapa ciri ciri khas yang lain. Makin komplet makin baik.

9) Setelah itu, petugas di Lost and Found akan memberi bukti laporan yakni 'Property Irregularity Report' (PIR). Bukti salinan serta nomor dalam PIR harus disimpan untuk bukti supaya Anda mempunyai bukti kuat saat mengolah ongkos tukar rugi, baik ke airlines atau perusahaan asuransi.

10) Nomor PIR ialah code unik yang menolong faksi airlines mencari bagasi yang terlambat atau rusak serta Anda dapat pakai nomor rujukan ini saat mencari posisi kehadiran bagasi.

11) Janganlah lupa membeli Asuransi Perjalanan. Jika koper ketinggalan, rusak atau hilang, karena itu ada kompensasi yang diberi, seperti yang tertera dalam polis yang dibeli. Oh yaa, bila ada asuransi perjalanan, karena itu saat terima koper pada kondisi rusak, karena itu harus selekasnya dipotret waktu itu .

Sebaiknya sebelum cek in, kita memfoto koper itu serta menyimpannya dalam handphone. Sepotong gambar dapat jauh memudahkan faksi 'Lost and Found' membuat gambaran serta mencari kehadiran koper yang ketinggalan itu.

Menengok Suasana Malam Green Sabin Cipaku



Sore itu, hujan turun perlahan-lahan yang mengantarkanku pada suatu tempat yang tawarkan keelokan alam yang menarik. Langkah kaki juga berhenti, sesaat memperhatikan serta berusaha untuk nikmati.

Green Sabin, tulisan memiliki nuansa hijau itu telah nampak dari terlalu jauh di tengahnya ruang persawahan yang luas melintang. Makin merapat, makin hati terpikat dengan nuansa alam yang menyejukan.

Satu rumah memiliki nuansa jawa jadi tempat penghentian sore itu. Tempat berlindung serta untuk sekedar nikmati kopi ciri khas yang diberikan dalam tempat itu. Ditambah dengan penambahan mendoan dan makanan desa yang ditawarkan benar-benar merayu.

Walau hari telah berlalu ke arah malam yang sepi, tetapi tidak dalam tempat ini. Beberapa lampu di beberapa pojok menyala dengan demikian anggun. Menampakan sinar yang indah. Jalanan yang beralas kayu serta beberapa lampu di pojok jalan jadi penghias malam yang rupawan.

Green Sabin, Wisata Memiliki nuansa Alam serta Edukasi Pertanian
Situasi Malam Green Sabin Cipaku/Photo: Lilian Kiki Triwulan Green Sabin, satu wisata yang tawarkan nuansa alam serta edukasi pertanian. Green Sabin terdapat di Desa Cipaku, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. Tempatnya tidak jauh, kira-kira 9 km dari pusat kota Purbalingga atau kira-kira memerlukan waktu 15 menit untuk sampai ke tempat itu.

Tempat ini bukan hanya tawarkan situasi malam yang syahdu dan juga nuansa alam yang merdu. Berjalan bersama-sama dengan hujan rintik yang jatuh perlahan-lahan. Duduk di sudut-sudut yang disiapkan di bawah lampu yang menghiasi malam. Genangan-genangan air tersisa hujan serta pantulan sinar dari kolam meningkatkan keelokannya.

Semilir angin yang mendayu meningkatkan dinginnya malam itu. Suara jangkrik yang bersahut-sahutan di pinggiran sawah. Ditambah lagi suara katak yang berlomba menghibur malam. Jadikan malam itu demikian merdu di Green Sabin.


Dibuat di atas tempat seluas 3 hektar, Green Sabin berdiri kuat dengan beberapa sarana pendukungnya. Berjalan di jembatan yang dibuat di atas sawah, kolam-kolam ikan yang ada di samping kanan serta kiri. Jembatan jaring yang membelah kolam ke arah aula penting jadi pemikatnya.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Nuansa alam masih sangat terasa kental. Bangunan-bangunan kayu serta bambu yang tersusun rapi jadi satu bangunan-bangunan yang unik disana. Aroma malam akan demikian berasa saat berjalan berkeliling-keliling di Green Sabin dengan ditemani hiasan lampu yang pancarkan bermacam cahayanya.

Green Sabin Wisata Baru di Purbalingga

Green Sabin ini jadi calon tujuan wisata baru yang berada di Kabupaten Purbalingga. Wisata ini memanglah belum dibuka untuk umum sebab terhalang epidemi covid-19 serta belum ada anjuran dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) ditempat untuk buka wisata itu.

Meski begitu, tujuan wisata ini telah membuat beberapa orang ingin tahu dengan kehadirannya di beberapa sosial media. Sebenarnya, faksi pengelola sendiri telah mempersiapkan prosedur kesehatan saat nanti pariwisata telah diperkenankan dibuka ditengah-tengah epidemi.

"Sasarannya dibukanya belum mengetahui, kami menanti anjuran pemerintah berkaitan dengan dibukanya objek-objek wisata," kata Direktur Green Sabin, Radhitya Banuaji Prastowo atau yang dekat dipanggil Radhit.

Green Sabin sebenarnya belum seutuhnya usai 100 %. Sampai sekarang ini step penuntasan wisata itu kira-kira telah capai 80 %. Tinggal menguatkan beberapa simpatisan yang lain hingga Green Sabin ini akan tampil dengan prima.

Sarana yang disiapkan di Green Sabin nanti ada coffee shop, restaurant, aula yang dapat dipakai untuk pernikahan, galeri, pameran serta yang lain. Green Sabin ini tawarkan nuansa alam persawahan yang luas melintang serta edukasi pertanian buat pengunjungnya.

Green Sabin ini bukan hanya dibuka di waktu malam dan juga waktu siang. Di siang hari berikut nuansa alam Desa Cipaku ini semakin lebih berasa hangatnya. Ditambah dengan hidangan Gunung Slamet yang menjulang secara jelas dengan pesona langit biru saat cuaca sedang cerah. Pasti meningkatkan pesonanya tertentu.

Green Sabin ini meningkatkan kearifan lokal dengan mendayagunakan warga seputar. Ide membuat desa berikut sebagai awal dari pengerjaan Green Sabin untuk memajukan bagian perekonomian warga serta meningkatkan daftar tujuan wisata yang berada di Purbalingga.
Buat pencinta wisata, Green Sabin dapat jadi salah satunya daftar obyek wisata yang dapat didatangi. Jalan ke arah tempat yang tidak susah pasti mempermudah pelancong mendatang.

Buat mereka beberapa penggemar photografi pasti ada yang kurang saat tidak tinggalkan jejak digital. Terdapat beberapa spot photo menarik yang dapat jadikan photo terlihat semakin cantik. Pasti sangat benar-benar disayangkan jika tidak menyimpan peristiwa waktu ada di Green Sabin.

Phnom Penh, Kekhawatiran yang Tidak Terbukti


Berekreasi ke negara bertumbuh seperti Kamboja pasti disertai rasa kuatir, khususnya tentang permasalahan keamanan. Ditambah lagi sesudah membaca beberapa penjelasan yang mengatakan di Phnom Penh seringkali berlangsung perampokan atau penipuan.

Walaupun kecemasan merasuk dalam pemikiran, traveler tidak hentikan jalannya untuk nikmati kekhasan yang berada di sana. Kecemasan harus dicermati serta adalah rintangan untuk dijawab, tidak untuk dijauhi. Kepercayaan berikut yang selanjutnya bawa kami datang di Phnom Penh, ibu kota Kamboja.

Pagi itu langit cukup mendung, hingga sengatan mentari tidak demikian berasa membakar. Kami mengawali perjalanan dari pinggir Sungai Mekong. Walaupun tidak bisa disebutkan bersih, saluran sungai terlihat tenang dengan beberapa perahu yang berlalu-lalang. Tiupan angin yang membelai lembut, meningkatkan enaknya keterpanaan memandang air.

Sesudah sesaat mata dimanja tarian sungai, kami melangkahkan kaki mengarah Royal Palace. Rupanya kami kurang mujur sebab hari itu Royal Place sedang ditutup untuk umum. Pada akhirnya kami cuma dapat nikmati keelokan arsitekturnya di luar pagar istana saja.

Perjalanan diteruskan ke independence monument, yang terdapat ditengah-tengah tanah lega. Memiliki bentuk mirip-mirip Candi Prambanan, tapi ukurannya semakin lebih kecil. Mode monumen semacam ini rupanya keunikan Kamboja.

Tidak jauh dari monumen kemerdekaan ini, terdapat Wat Langka, satu kuil Buddha. Jika jadi perhatian beberapa bangunan, arsitektur Kamboja ini seperti dengan arsitektur Thailand. Dapat jadi mereka sebetulnya satu budaya mengingat hubungan geografis ke-2 negara itu.

Dari sini kami meneruskan perjalanan ke central pasar. Ditengah-tengah jalan, kami kehabisan air minum, serta singgah dalam suatu toko. Berikut waktu pertama kami bersinggungan dengan warga Phnom Penh.

Bahasa menjadi masalah, tapi dalam bahasa badan pada akhirnya dua botol air mineral ada di tangan kami. Kami tidak menduga wanita 1/2 baya itu layani kami dengan ramah serta penuh senyum. Oleh sebab masalah bahasa , kami tidak bertanya harga air mineral itu, tapi langsung memberi 2 USD, serta siap memberikan lagi bila kurang. Maklum ini kan obyek wisata umumnya harga tambah mahal, ditambah lagi ia tentu tahu jika kami ialah wisatawan, yang seringkali jadi korban harga.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Rupanya prediksi kami meleset. Dengan senyum ramahnya ia kembalikan selembar dolar kami plus memberikan recehan uang kamboja. Disini awal kami mendapatkan kesan-kesan begitu ramah serta jujurnya orang Kamboja.

Baru seputar seratus mtr. mengambil langkah dari toko penjual air mineral, kami lihat ada yang jual manisan mangga di tepi jalan. Tergerak perasaan ingin ketahui, apa rasa-rasanya sama yang dipasarkan di Jakarta, kami juga membeli. Kami memberikan selembar uang 1 USD.

Insiden beli air mineral kembali lagi terulang lagi, ibu-ibu yang telah termasuk senior itu kembalikan uang kami dengan recehan mata uang Kamboja. Hati kami benar-benar bertanya-tanya, apa kesemua orang Kamboja terutamanya di Phnom Penh sejujur ini?

Sikap dua pedagang itu membuat kami percaya akan keramahan serta kejujuran orang Kamboja. Kesan-kesan itu terus kuat saat kami beli souvenir di Central Pasar. Tidak berada di sana harga yang dilonjak-lonjakan, serta tiap toko memberikan harga hampir sama.
Langkah mereka melayaninya juga benar-benar berteman. Beberapa penjaga toko berupaya memakai bahasa Indonesia untuk membujuk kami supaya beli barang dagangannya. Spesial untuk yang paling akhir ini, dimana saja memang demikian, serta di Moscow juga pedagang souvenir berupaya memakai bahasa Indonesia.

'Murah... murah...' adalah beberapa kata yang seringkali menggema di beberapa pasar souvenir di dunia ini. Saat sore datang, kami juga nikmati Phnom Penh Night Pasar yang jual bermacam masakan, terutamanya makanan laut. Rasa masakannya sedikit tidak sama dengan Jakarta. Di sinipun kami mendapatkan service yang baik serta harga yang berteman.

Perjalanan ini sudah memperlihatkan jika perasaan kuatir sebelum pergi benar-benar tidak dapat dibuktikan. Warga Kamboja memang sempat hadapi bentrokan politik yang berdarah-darah, tapi bencana itu tidak mengubah ciri-ciri asli penduduknya.

Rupanya di Kamboja cuma ada seorang saja Pol Pot, yang memiliki kemampuan serta kekuasaan untuk menggerakan sebagian orang Kamboja untuk menghianati rasa kemanusiaannya, serta melepas jiwanya dari nilai serta etika kultural bangsanya. Manusia Kamboja yang asli bukan Pol Pot, tetapi pedagang air mineral, pedagang rujak, penjual souvenir, serta penjual makanan.

Berikut faedah dari traveling. Kita dapat hilangkan keraguan, serta meluruskan pertimbangan yang keliru pada sekumpulan orang serta satu bangsa.

Satu perjalanan tetap memberi pelajaran mengenai kearifan manusia dengan stylenya semasing. Manusia biasanya memiliki hati yang mulia dimana juga ada. Tapi, sering manusia yang tidak berhati nurani yang memiliki kemampuan serta kekuasaan, hingga terjadi penghianatan pada kemanusiaan.

Sungai Upang, "Surga" Tersembunyi Pulau Bangka



Sabtu, 6 Juni 2020 kami pergi ke arah Sungai Upang yang ada di Desa Tanah Bawah, Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka. Perjalanan kami menempuh seputar 1 jam lebih dari pada Kota Pangkalpinang bersama-sama rekan-rekan pencinta alam.

Kami berjumpa dengan figur inspiratif yang sudah perjuangkan konservasi serta peningkatan teritori sungai upang untuk teritori konservasi biodeversity (keanekaragaman resapi), beliau ialah Bang Hormen.

Menurut Bang Hormen sebagai ketua komune BFS (Bangka Flora Society) yang mulai meniti serta memperkenalkan kekuatan Sungai Upang diawali pada masyarkat seputar sampai sekarang kekuatan teritori Sungai Upang mulai dilirik serta mendapatkan perhatian dari pemerintah dan faksi BUMN untuk peningkatan untuk daerah konservasi serta pasti untuk teritori wisata berbasiskan alam.

Teritori konservasi Sungai Upang mengangkat enam pilar konservasi diantaranya yakni Konservasi KEHATI, Konservasi Energi, Pengendalian Teritori yang Lestari, Arsitektur Hijau serta Transportasi Internal, Konservasi Norma, Seni serta Budaya, serta Kaderisasi Konservasi.

Menurut Bang Hormen Sungai Upang sendiri adalah nama panggilan lama oleh masyarakat desa Tanah Bawah untuk sungai sebagai alir sisi dari Sungai Jeruk ini.

Sungai Upang adalah satu diantara sedikit sungai di Pulau Bangka yang masih tetap "alami" sebab tidak terserang dampak penambangan timah atau sampah pabrik yang umumnya mencemari sejumlah besar sungai di Pulau Bangka.

Tahapan Memilih Situs Bola Online Terpercaya

Sungai Upang jadi habitat dari beberapa tipe ikan air tawar seperti toman, tapah , baung dan beberapa tipe ikan air tawar ciri khas bangka yang lain. Di Sungai Upang adalah tempat tumbuh seputar lebih dari pada 40 tipe habitat Anggrek, tetapi beberapa waktu lalu pernah berlangsung kebakaran yang menganguskan anggrek-anggrek itu. Sekarang usaha penanaman kembali lagi bibit Anggrek telah mulai dilaksanakan dengan cara setahap.

Sungai Upang tawarkan kejernihan air serta keelokan alam di selama saluran sungainya, pengujung bisa berpose dengan beberapa spot photo yang disiapkan dapat juga telusuri saluran sungai upang dengan bayar ongkos sewa perahu sejumlah Rp 10.000 perorang.

Di sungai upang adalah tempat favourite untuk memancing. Kami berpeluang untuk telusuri sungai upang sekalian memancing memakai perahu punya rekan kami yang kebetulan memiliki kebun tidak jauh dari sungai upang, beliau ialah Bang Haswan. Malam hari kami bermalam di pondok kebun punya beliau. Pagi harinya kami nikmati udara fresh yang menentramkan kepenatan pemikiran sekalian berenang di sungai.

Sekarang di Sungai upang sudah ada beberapa sarana pendukung seperti pondok galeri, beberapa saung , pelabuhan serta musholla.
Nantinya teritori Sungai Upang dengan semua usaha diinginkan tetap alami serta terbangun kelestariannya, dan terlepas dari usaha tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Peranan kerja sama pemerintah dan warga desa diinginkan akan makin mengusung nama Sungai Upang untuk salah satunya surga terselinap di Pulau Bangka serta pasti makin diketahui untuk teritori wisata berbasiskan alam.